ARTIKEL (dialogmasa.com) – Rokok, sebagai produk tembakau yang mengandung zat kimia berbahaya, telah menjadi kebiasaan merugikan bagi remaja. Meskipun sering dianggap sebagai bentuk penghargaan diri, perilaku merokok memiliki dampak serius, terutama pada kesehatan dan pengelolaan keuangan para remaja.
Menurut data BPS 2022, persentase perokok remaja di desa mencapai 30,96%, sedangkan di kota sebesar 26,27%. Faktor sosial, psikologi, dan lingkungan berperan penting dalam memicu kebiasaan merokok ini, diperparah dengan kurangnya edukasi mengenai bahayanya.
Hasil riset Cisdi 2023 menunjukkan bahwa remaja mengeluarkan sekitar 30 ribu hingga 200 ribu per minggu untuk rokok, dipengaruhi oleh penjualan eceran murah dan penjual informal yang marak. Dalam eksperimen merokok pertama, 7 dari 10 siswa membeli rokok eceran.
Studi metode campuran pada Desember 2023 menegaskan bahwa remaja pengguna rokok sedang dalam fase eksperimen perkembangan, sering dipicu oleh pergaulan bebas dan kurangnya pengawasan orang tua.
Global Youth Tobacco Survey 2019 melaporkan lonjakan penggunaan rokok pada remaja usia 13-15 tahun, mencapai 19,2% pada 2019. Hal ini diperkirakan terus meningkat dengan peredaran rokok ilegal dan penjualan eceran yang mempermudah akses remaja.
Pentingnya edukasi kesehatan bagi remaja perlu ditekankan, dengan fokus pada risiko kesehatan akibat merokok. Peran orang tua, guru, lingkungan, dan pemerintah sangat diperlukan untuk mencegah serta memberikan dukungan agar remaja menjauhi perilaku merokok.
Penulis: Faiz