JAKARTA (dialogmasa.com)- Dalam istilah ilmu iklim saat ini, El Nino menunjukkan kondisi anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah yang lebih panas dari normalnya, sementara anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik bagian barat dan perairan Indonesia yang biasanya hangat (warm pool) menjadi lebih dingin dari normalnya.
Pada saat terjadi El Nino, daerah pertumbuhan awan bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik bagian tengah sehingga menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia.
Dikutip dari CNBC Indonesia pada September lalu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, intensitas fenomena iklim El Nino kali ini diprediksi tidak akan meningkat lagi menjadi lebih kuat. El Nino diprediksi akan bertahan pada level moderat hingga Desember 2023-Januari-Februari 2024.
“Diprediksi tidak akan naik menuju (El Nino) kuat. Tapi, semakin menurun, yaitu di bulan November-Desember 2023. Masih bertahan El Nino sampai Februari 2024 tapi sudah menuju lemah. Tahun depan, bulan Maret, masih El Nino tapi sudah lemah semakin menuju netral,” jelasnya.”
Jurnalis: Abdul
Editor: WJ