1. Namrud Menjadi Raja Di Babilonia.
Kalau kita membahas tentang kisah Nabi Ibrahim, maka tidak lepas dari sejarah Raja Namrud yang berkuasa di Namrud sebagai tempat kelahiran dari Nabi Ibrahim. Nama lengkapnya Namrud adalah Namrud bin Kan’an bin Kussy, ia menjadi Raja yang sangat dipatuhi dan ditaati oleh rakyatnya. Mereka taat dan patuh karena takut pada ancaman rajanya yang tega membunuh rakyatnya bila melanggar perintahnya.
Karena selalu diliputi oleh rasa ketakutan, maka rakyat menjadi orang yang selalu tertinggal dan terperosok ke dalam kegelapan dan kebodohan, sehingga mereka mengalami kebuntuan dalam mengenal Tuhan.
Raja Namrud mempunyai kegemaran membuat gambar dan patung-patung, kemudian gambar dan patung tersebut disembah dan dipuja-puja. Lantas rakyatnya pun dipaksa untuk melaksanakan hal serupa, sebagaimana dilaksanakan oleh Rajanya.
2. Namrud Bermimpi Tahtanya Akan Jatuh
Pada saat Raja Namrud tertidur nyenyak, ia bermimpi melihat anak kecil yang melompat ke dalam kamarnya, lalu merampas mahkota yang sedang dipakai di kepalanya. Karena khawatir atas mimpinya tersebut, maka Namrud mengundang semua tukang tenung dan tukang ramal untuk meramal mimpinya tersebut. Setelah diambil pendapat dari tukang-tukang ramal, maka salah seorang tukang ramal mengatakan bahwa suatu hari nanti akan lahir seorang anak, yang mana anak tersebut setelah dewasa akan merusak kekuasaan sang raja dan merampas mahkota kerajaan.
Maka berpedoman dengan tabir-tabir mimpi yang telah diramalkan oleh tukang-tukang ramal, sang raja memberi keputusan dan maklumat akan membunuh semua bayi yang lahir, baik laki-laki maupun perempuan.
3. Nabi Ibrahim Dilahirkan.
Pada saat keputusan dari Raja tersebut ditakuti oleh rakyatnya, lahirlah seorang bayi laki-laki yang dilahirkan oleh ibunya di dalam goa. Karena takut pada keputusan Raja Ibu tersebut merawat dan membesarkan bayinya di dalam goa.
Bayi tersebut akhirnya tumbuh dewasa dan cerdas. Ia bernama Ibrahim. Setiap hari, ia selalu memikirkan semua isi alam yang ada disekelilingnya dan pada setiap malam Ibrahim selalu merenungi semua yang ada dibalik isi bumi ini, seperti; gunung, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Dalam Al-Qur’an telah disebutkan, mengenai penalaran Nabi Ibrahim sebagaimana firman Allah Surah Al An’am ayat 75-79: yang artinya:
“Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar ia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : Inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan terbenam dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari telah terbenam, dia berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.
Demikian kehebatan Nabi Ibrahim dalam menggunakan akal pikirannya di tengah-tengah masyarakat yang mempersekutukan Allah dan masyarakat yang menyembah kepada berhala. Nabi Ibrahim dapat menentukan dan memastikan akan adanya Tuhan (Allah) sebagai pencipta dan pengatur seluruh isi alam.
4. Ibrahim Kumpul Dengan Kaumnya.
Setelah keputusan Raja Namrud untuk membunuh setiap bayi yang lahir sirna, maka Ibrahim memberanikan diri keluar dari goa tempat kelahirannya dan ikut bergabung dengan masyarakat atau (kaumnya yang sudah lama bergelimang dengan kesesatan dan kebodohan.
Melihat masyarakat yang berada di sekelilingnya senang berbuat kerusakan dan kejahatan serta menyembah kepada berhala, maka Nabi Ibrahim mulai berfikir untuk meminta bantuan dan petunjuk kepada Tuhannya: Ya Tuhan, aku sedang menderita, Yaitu penderitaan batin, melihat kemungkaran dan kesesatan, untuk apakah gerangan akal yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka? Ya Tuhanku, tunjukilah aku, dan kalau Tuhan tidak menunjuki aku, sungguh aku akan menjadi sesat seperti orang banyak yang sesat dan berbuat aniaya dan kerusakan itu.
Melihat rintihan dan do’a yang dipanjatkan oleh Ibrahim tersebut, maka Allah memberikan petunjuk kepada Ibrahim. Dia diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan kepadanya diberikan wahyu, sehingga keyakinannya kepada Allah sekarang ini bukan sebagai kesimpulan saja, tapi betul-betul sebagai wujud dari keimanannya kepada Allah sang pencipta.
Setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul tersebut, Allah memberikan kepada Ibrahim segala rahasia yang ada dibalik alam nyata ini yang dapat dilihat langsung oleh Ibrahim.
Ibrahim memperhatikan dan memahami kehidupan di dunia ini, lalu ia mulai mimikirkan tentang kehidupan di alam Akhirat. Dan timbullah pertanyaan dan pemikiran, bagaimana caranya Tuhan dapat menghidupkan manusia yang sudah mati itu di hari kiamat nanti.
Lama ia memikirkan tentang alam akhirat, hingga Nabi Ibrahim meminta petunjuk dan berdo’a kepada Allah tentang bagaimana caranya Allah bisa menghidupkan manusia yang sudah mati, dan membangkitkannya di alam akhirat. Mendengar pangaduan dari Nabi Ibrahim tersebut, lalu Allah bertanya kepada Nabi Ibrahim: “Hai Ibrahim, apakah engkau belum beriman?”. Ibrahim menjawab: “Sekali-kali tidak, bukankah Engkau telah memberikan wahyu kepadaku, dan aku telah percaya dan membenarkannya, tetapi kali ini aku adalah semata-mata lebih terang kepadaku dan lebih tenang jiwaku ini.
Untuk menunjukkan kekuasaan Allah kepada Nabi Ibrahim, lalu Allah menyuruh Nabi Ibrahim mengambil burung, disuruhnya ia membunuh masing-masing burung tersebut, setelah burung tersebut dibunuh dan dihancurkan, Allah menyuruh NabiIbrahim menaruh bangkai burung tersebut di atas bukit yang berbeda, dan setelah kembali dari bukit, Allah menyuruh kepada Nabi Ibrahim agar memanggil burung tersebut. Baru saja Nabi Ibrahim memanggilnya, masing-masing burung tadi terbang menuju Nabi Ibrahim. Hal itu semata-mata agar Nabi Ibrahim dapat melihat dengan matanya sendiri, bagaimana Allah menghidupkan apa yang sudah mati dan hancur bahkan sudah terpisah-pisah anggota tubuhnya.
Dengan melihat kejadian tersebut, bertambah keimanannya yang sudah terpatri dalam diri Nabi Ibrahim, dan hanya dengan bekal keimanan inilah nantinya Ibrahim akan berda’wah memberantas kejahatan, kemusyrikan yang dikungkung dan dibawah Kekuasaan Raja Namrud. Dan dengan bekal keimanan itulah ia dapat menghadapi kesulitan dan cobaan yang diberikan oleh Allah, sehingga ia menyandang titel “Kholillullah” (kekasih Allah).
5. Nabi Ibrahim menyuruh Ayahnya untuk Meninggalkan Menyembah Berhala.
Ayah Nabi Ibrahim yang bernama Azar, mempunyai pekerjaan membuat patung-patung yang disembah dan dia termasuk orang yang pertama kali yang menyembah berhala.
Karena tugas Nabi Ibrahim memberantas kemungkaran dan memberantas orang-orang yang menyembah berhala, maka Nabi Ibrahim mengajak ayahnya meninggalkan berhala dan menyembah kepada Allah semata.
Sebelum mengajak orang lain, Nabi Ibrahim lebih dahulu mengajak anggota keluarganya termasuk ayahnya sendiri. Untuk berda’wah kepada Ayahnya Nabi Ibrahim menggunakan bahasa yang halus dan sopan, sebagaimana firman Allah dalam
Surah Maryam ayat 41 – 48 yang artinya:
“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al-Qur’an) ini, Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada Bapaknya, wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak dapat melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutlah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, kamu menjadi kawan bagi setan.
Berkata bapaknya : Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama,
Ibrahim berkata: Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari pada apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo’a kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”.
Usaha yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim untuk mengajak ayahnya agar menyembah Allah tidak berhasil. Maka sesuai janjinya Nabi Ibrahim mendo’akan Ayahnya agar menjadi orang yang beriman dan kembali ke jalan yang lurus, karena itu adalah beban Nabi Ibrahim selaku anak kepada orang tua. Akan tetapi setelah dida’wahi malah tidak mau meninggalkan menyembah kepada berhala, maka la (Ibrahim) telah bebas dari bebannya. Sebagaimana firman Allah dalam surah At
Taubah ayat 114:
Artinya: “Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) Untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telahdiingkarinya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim adalah seorang yang sangat berlembut hatinya lagi penyantun”.
6. Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala.
Walaupun Nabi Ibrahim tidak berhasil menda’wahkan kepada ayahnya, bukan menjadi penghalang bagi Nabi Ibrahim menyampaikan risalah Allah untuk menyembah kepada Allah dan menghancurkan berhala-berhala.
Demi memudahkan da’wahnya, maka Nabi Ibrahim mempunyai rencana untuk menghancurkan semua berhala yang biasanya disembah oleh kaumnya.
Kini Ibrahim mempunyai kesempatan yang sangat bagus untuk menghancurkan berhala-berhala, karena pada setiap tahun para penduduk mempunyai acara yang berbau syirik yaitu pergi keluar kota baik itu yang tua, muda maupun anak-anak kecil. Tapi sebelum mereka pergi acara, dimulai dengan memasak makanan yang lezat dan ditaruh di sebelah patung-patung, dan setelah kembali dari luar kota barulah makanan tersebut dimakan secara bersama-sama.
Pada saat para penduduk pergi keluar kota tersebut, Nabi Ibrahim dengan yakin dan tenang menghancurkan semua berhala dan hanya menyisakan satu berhala yang paling besar. Setelah selesai menghancurkan semua berhala-berhala tersebut, Nabi Ibrahim mengalungkan kapak yang dibuat menghancurkan patung pada leher patung yang paling besar yang masih berdiri tegak, dengan tujuan agar nanti orang-orang mengira bahwa yang menghancurkan patung-patung tersebut adalah yang paling besar.
Tibalah saatnya kembali dari kepergiannya ke luar kota, raja Namrud merasa tercengang melihat patung-patung yang disembah menjadi hancur dan berantakan, dengan kemarahannya raja Namrud menyuruh kepada para prajuritnya agar mencari dan menangkap Ibrahim.
Mendengar perintah sang raja, para prajurit itu membantah
“Bagaimana kita harus menangkap Ibrahim, padahal kita belum tahu buktinya”. Sang raja berkata: “Sudahlah jangan banyak omong, pokoknya tangkap saja orang itu, ada bukti atau tidak, yang penting tangkap dulu orang itu”.
7. Ibrahim disidang Oleh Raja Namrud.
Setelah Ibrahim berhasil ditangkap oleh para prajurit, lalu Ibrahim diajukan ke sidang pengadilan dan diadili oleh Raja Namrud sendiri. Ketika ditanya oleh raja: “Apakah benar kamu yang menghancurkan patung-patung itu?”. Ibrahim menjawab: “Tidak”.
Mendengar jawaban tersebut, raja menjadi marah. Memang tujuan Ibrahim menjawab tidak, untuk memancing kemarahan raja Namrud. Setelah Namrud marah, Ibrahim mengajak Namrud untuk menanyai patung yang paling besar yang membawa kapak dan tidak mati.
Mendengar ajakan Ibrahim, Namrud menjadi tambah marah dan menuduh Nabi Ibrahim sebagai orang yang bodoh dan tidak punya akal. Kata Namrud: “Masak patung seperti itu bisa diajak bicara”. Mendengar perkataan itu Nabi Ibrahim merasa menang dan berkata: “Sudah tahu tidak bisa ngomong kok malah disembah dan dimintai tolong”.
Jawaban itu membuat Namrud dan para pengikutnya merasa terpojok, merasa dalam pihak yang kalah, akhirnya raja Namrud marah dan menyuruh rakyatnya agar menangkap Ibrahim dan membakarnya hidup-hidup, disaksikan oleh semua rakyat.
Karena menurut perkiraan mereka. Ibrahim pasti mati di dalam kobaran api tersebut.
Namun ternyata, Allah masih menghendaki Ibrahim hidup, dalam kobaran api itu, ia tidak merasakan panas, bahkan sebaliknya api itu tambah menyegarkan bagi kesehatan Ibrahim. Itulah mu’jizat yang diterima oleh Ibrahim. Akhirnya ia selamat dan bertambah segar bugar.
Dengan kejadian itu sebenarnya banyak pengikut Nabi Ibrahim, tapi berkat pengaruh Raja Namrud dan lontaran ancamannya bagi semua yang mengikuti ajaran Ibrahim, maka akan dibunuh dan akan dihabisi nyawanya.
8. Nabi Ibrahim bersengketa Dengan Raja Namrud.
Setelah Nabi Ibrahim dibakar tidak mati, dan tidak kelihatan bekas cacat sedikit pun, maka kemarahan Namrud sekarang ditumpahkan kepada Ibrahim, karena Namrud khawatir kalau pada suatu saat kekuasaannya sebagai raja dan sebagai Tuhan akan sirna, akibat datangnya Ibrahim itu.
Maka Ibrahim dipanggil oleh Raja Namrud ke hadapannya dan menuduh Ibrahim sebagai tukang penyebar fitnah dan berbohong tentang adanya Tuhan yang dapat menciptakan isi dunia dan yang dapat mematikan dan menghidupkan segala apa yang ada di dunia.
“Kalau hanya dapat menghidupkan dan mematikan, aku bisa,” kata Namrud, kemudian Namrud mendatangkan dua orang budak. Setelah kedua orang itu (budak) datang. Namrud lalu berkata kepada Ibrahim: “Akan engkau lihat sendiri, seorang dari kedua budak ini akan saya matikan dan saya hidupkan”.
Kemudian Namrud mengambil pedang dan memotong leher budak itu, sehingga budak itu mati. Dan yang seorang lagi dilepaskannya. Setelah mengerjakan itu, lalu Namrud berkata:
“Ibrahim begitulah caranya aku mematikan dan menghidupkan”.
“Itu bukannya mematikan, tapi membunuh dengan cara kejam
Dan tidak berprikemanusiaan”. Kata Ibrahim.
Ibrahim meneruskan lagi pembicaraan: “Tuhanku bisa menjalankan matahari dari arah timur ke arah barat. Coba sekarang kau jalankan matahari itu dari arah barat ke arah timur, sekiranya kau berkuasa.
Tantangan Ibrahim kepada Namrud itu membuat Namrud dendam yang sangat mendalam. Dan sejak hari itu dendam Namrud terhadap Ibrahim semakin terang -terangan. Dan dianggapnya Ibrahim itu adalah musuh besarnya, yang harus dienyahkan dari negeri ini.
9. Ibrahim Pindah Ke Mesir.
Setelah menjalani pernikahan dengan anak pamannya yang bernama Sarrah, maka Nabi Ibrahim dan para pengikutnya pergi menuju negeri Syam (Palestina, Suria) Di negeri Palestina ini Ibrahim tinggal cukup lama, namun tidak lama kemudian Negeri tersebut ditimpa bencana besar yaitu berupa kelaparan dan penyakit menular, akhirnya Nabi Ibrahim dan istrinya pergi ke negeri Mesir.
Pada saat itu Mesir diperintah oleh seorang raja yang sangat kejam, setelah melihat kedatangan Ibrahim dan istrinya Siti Sarrah, sang raja langsung tertarik akan kecantikan Siti Sarrah. Maka Ibrahim dan istrinya dipanggil oleh raja untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Ibrahim tahu apa maksud sang raja, setelah ditanya tentang hubungan antara Ibrahim dan Siti Sarrah, Ibrahim berbohong kepada Raja, dengan maksud untuk melindungi dan menyelamatkan dirinya, dan dengan jawaban tersebut, sehingga Ibrahim dan Siti Sarrah diperbolehkan tinggal di Istana Raja.
Pada suatu hari raja Mesir tidur di samping Sarrah, lalu raja tersebut bermimpi, bahwa Sarrah yang selama ini tidur bersamanya tiap malam, itu adalah perempuan yang sudah mempunyai suami, dan suaminya adalah Ibrahim yang mengaku sebagai saudaranya itu.
Ketika sang raja terbangun dari tidurnya, maka sang raja langsung membebaskan Siti Sarrah dan menyerahkan kembali kepada suaminya, yaitu Nabi Ibrahim. Dengan jalan demikian Allah dapat melindungi Siti Sarrah dari fitnah yang amat besar.
Setelah tinggal lama di Mesir, lalu Ibrahim pindah lagi ke Palestina, dan di tempat itulah digunakan sebagai tempat suci untuk menyembah. Dan di Palestina inilah Nabi Ibrahim banyak melahirkan keturunan yang kemudian banyak menjadi Nabi dan Rasul.
Diambil dari buku Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rosul
Karya: Ust. M. Hamid