Mengungkap Sisi Gelap Pengobatan Medis: Perspektif Dr. Agus Rahmadi

admin
3 Min Read

Mengungkap Sisi Gelap Pengobatan Medis: Perspektif Dr. Agus Rahmadi

admin
3 Min Read

ARTIKEL (dialogmasa.com) – Dalam dunia medis, pertumbuhan klinik dan rumah sakit sering dianggap sebagai tanda kemajuan dalam pelayanan kesehatan. Namun, Dr. Agus Rahmadi, seorang dokter yang telah lama berkecimpung dalam bidang ini, mulai melihat sesuatu yang janggal.

Menurutnya, meskipun klinik dan rumah sakit semakin banyak, faktanya jumlah orang yang sakit juga semakin meningkat.

“Saat ini, fenomena kesehatan yang saya lihat terasa tidak wajar. Semakin banyak klinik, semakin banyak rumah sakit, tetapi seharusnya jumlah orang yang sehat juga semakin meningkat. Namun, apa yang saya amati adalah sebaliknya: semakin banyak klinik dan rumah sakit, semakin banyak orang yang sakit,” ungkap Dr. Agus Rahmadi.

Dalam sebuah diskusi dengan seorang ustad, Dr. Agus mengungkapkan kebingungannya atas fenomena ini. Dia menyebutkan bahwa obat yang digunakan untuk mengencerkan darah, yang biasanya diberikan kepada penderita penyakit jantung, stroke, dan gangguan bekuan darah, seringkali berasal dari sumber yang tidak lazim.

“Mohon maaf obat yang dipakai untuk mengencerkan darah biasanya diberikan pada penderita penyakit jantung stroke dan gangguan bekuan darah di situ tertuliskan kata apa porcine origin itu isinya babi Pak. Kira-kira ibadah orang tersebut diterima nggak sama Allah. Siapa yang dipersalahkan,” cerita Dr. Agus.

Menyoal Kesehatan dan Tradisi Islam

Ketika kita melihat kesehatan dan kebiasaan hidup umat Islam pada zaman Rasulullah, terdapat perbedaan yang mencolok dengan zaman modern. Dr. Agus juga menyoroti fenomena ini dengan pandangan yang cukup menggelitik.

“Dulu, ada seorang tabib yang praktek di Madinah selama dua tahun tanpa ada pasien yang datang. Mengapa zaman sekarang begitu berbeda dengan zaman Rasulullah? Ada sesuatu yang salah dengan kita,” ungkapnya.

Dr. Agus menegaskan bahwa perbedaan ini tidak hanya terjadi dalam masalah kesehatan, tetapi juga dalam aspek-aspek kehidupan sehari-hari.

Misalnya, konsep makan tiga kali sehari, yang sering dianggap sebagai patokan dalam Islam, sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran agama.

Rasulullah sendiri pernah mengajarkan untuk makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang, tanpa mengikatkan diri pada jumlah makanan yang harus dikonsumsi.

“Ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa kita begitu terikat pada tradisi tertentu, padahal Islam memperbolehkan fleksibilitas dalam hal ini?” tanya Dr. Agus.

Pemikiran kritis Dr. Agus ini mendorongnya untuk merenungkan perannya sebagai seorang dokter. Dia menyadari bahwa sebagai seorang praktisi medis, penting untuk selalu membuka pikiran terhadap berbagai sudut pandang, termasuk tradisi dan nilai-nilai keagamaan.

“Saya mulai mempertanyakan praktik-praktik medis dan kebiasaan hidup kita, serta mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran agama dan bagaimana itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Dalam pandangan Dr. Agus Rahmadi, menghadapi perbedaan antara tradisi dan nilai-nilai agama dengan perkembangan zaman adalah suatu tantangan yang perlu dihadapi dengan kritis dan bijaksana.

Dengan demikian, kita dapat memperbaiki dan memperkaya cara hidup kita agar sejalan dengan prinsip-prinsip kesehatan dan nilai-nilai keagamaan yang benar.

1 Comment
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×