Sejarah Kebun Raya Purwodadi, Tempat Konservasi Ilmiah Tanaman Dataran Rendah Kering

Mukhamad Jaffar Sodik
3 Min Read

Sejarah Kebun Raya Purwodadi, Tempat Konservasi Ilmiah Tanaman Dataran Rendah Kering

Mukhamad Jaffar Sodik
3 Min Read

PASURUAN (dialogmasa.com) – Kebun Raya Purwodadi, yang juga dikenal dengan nama Hortus Ilkim Kering Purwodadi, didirikan pada 30 Januari 1941 oleh ahli botani dan mikrobiologi Belanda, Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking.

Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking lahir di Deventer, Belanda, pada 4 Januari 1895, Dr. Baas Becking dikenal luas melalui hipotesisnya, yang menyatakan bahwa “Segala sesuatu ada di mana-mana, tetapi lingkunganlah yang menyeleksinya”.

Kebun Raya ini awalnya bertujuan untuk menjadi pusat konservasi ilmiah bagi tanaman-tanaman dataran rendah yang cocok dengan iklim kering.

Di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kebun Raya Purwodadi saat ini merupakan salah satu dari lima kebun raya di Indonesia yang berada di bawah BRIN, bersama dengan Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bali, dan Kebun Raya Plasmanutfah Cibinong.

Kebun Raya Purwodadi berfungsi sebagai balai konservasi tumbuhan dan bertanggung jawab kepada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya di bawah Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pada 10 Maret 1963, Kebun Raya Purwodadi untuk pertama kalinya dibuka untuk umum. Sejak saat itu, pembenahan terus dilakukan untuk memperbaiki fasilitas dan sistem pengelolaan kebun raya.

Pada tahun 1980, sebagian tanaman mulai ditata ulang berdasarkan klasifikasi sistem Engler dan Prantl. Selain itu, berbagai program juga dilaksanakan, seperti penyempurnaan vak koleksi, pembangunan gedung kantor, dan penambahan koleksi tanaman melalui kegiatan eksplorasi dan pertukaran biji.

Dengan luas mencapai 85 hektar dan kondisi iklim yang panas cenderung kering, Kebun Raya Purwodadi menyajikan beberapa taman tematik yang disusun berdasarkan kekerabatan tanaman, seperti taman buah lokal, taman tanaman obat, dan taman evolusi (Fernarium).

Selain sebagai tempat konservasi, Kebun Raya Purwodadi juga menjadi destinasi edukatif bagi masyarakat umum yang ingin mengenal lebih jauh tentang keanekaragaman flora dataran rendah kering di Indonesia.

Masyarakat Pasuruan mengharapkan pengelola Kebun Raya Purwodadi untuk lebih aktif memberikan informasi terkini mengenai perkembangan kebun raya ini.

Salah satu tokoh masyarakat Pasuruan, Dudung, menyampaikan harapannya kepada Dialog Masa, “Saya pikir perlu ada informasi tentang perkembangan Kebun Raya Purwodadi, sebagai kawasan konservasi ilmiah untuk tanaman dataran rendah kering, peran kebun raya sangat keren,” ujarnya kepada Dialog Masa Rabu, 30/10/24.

Ia menambahkan, “Apakah ada temuan baru dari tanaman yang dilindungi dan keadaan-keadaan lain yang bisa disampaikan kepada masyarakat,” imbuhnya.

Dengan adanya masukan ini, diharapkan Kebun Raya Purwodadi bisa lebih berperan aktif dalam memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat mengenai hasil konservasi dan penelitian yang dilakukan, serta inovasi-inovasi terbaru dalam upaya pelestarian tanaman-tanaman dataran rendah kering di Indonesia. (Al/Wd)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×